fbpx
Family & Parenting / Health

Hammam, Ninja Kecil Dengan 7 Indera

Mengapa saya sering bilang bahwa anak saya adalah ninja—atau calon ninja? Karena ia mewarisi sifat-sifat ninja dari Jepang. Ninja kecil ini pandai melompat, melempar dan berlari kencang. Punya ilmu meringankan tubuh, sehingga langkah kakinya tak terdengar lalu tiba-tiba menghilang di balik pintu. Telinganya amat sensitif, tak boleh dengar suara sedikitpun atau ia akan terbangun dari tidurnya, bersiap menjebak musuh dengan teriakannya.

7 indera
Saking sipit sampai saya dikira embaknya. Kesel ya?

Coba lihat matanya, sipit. Ya, semua ninja di Jepang itu matanya sipit. Eh, semua orang Jepang kan memang sipit yaa? Hahahaha.

Dialah Hammam, si ninja kecil yang memiliki 7 indera. Hebat bukan?

Sedikit Cerita Tentang Hammam

Hammam terlahir melalui proses operasi caesar, dengan berat lahir 2480 gram. Ia kembar identik, namun sayang saudaranya tidak dapat hidup bersama kami, karena telah meninggal di dalam kandungan sejak usia kehamilan 7 bulan. Katanya, Twin to twin transfussion syndrome dapat membuat janin yang selamat menjadi lebih agresif.

Pertumbuhan Hammam di awal-awal kehidupannya terasa amat lambat. Pada seminggu pertamanya, ia mengalami turun berat badan yang cukup drastis sampai 2170 gram dengan bilirubin rendah alias kuning. Yang mengharuskannya harus masuk incubator selama 24 jam lagi.

Tubuhnya mungil, panjangnya hanya 46 cm saja. Tak berdaging, hanya seperti tulang yang berkulit keriput. Saya nggak berani memandikannya karena badannya yang terlalu kecil dan kurus. Tapi, sejak baru lahir dia sudah ganteng sih…

Cerita selama Hammam di dalam kandungan sampai dilahirkan baca disini : Menanti, Memiliki dan Kehilangan

Panca inderanya terlihat normal saja. Ia dapat melihat, mendengar dan merasa. Tapi saya belum tahu apakah ia dapat mencium dan mengecap. Waktu itu, Hammam masihlah bayi.

Waktu berlalu, berbulan-bulan menunggu kapankah ia akan memiliki daging di balik kulitnya? Akhirnya hari itu tiba. Perlahan-lahan Hammam mulai tumbuh sehat. Meskipun agak terlambat, ia lulus pelajaran berjalan diusia 14 bulan. Jalan yang berjinjit. Lucu, saya pikir.

Baru Bisa Jalan
Ini pas kebetulan aja nggak jinjit dia. Sepatunya baru, cool kids punya :)

Lalu ia dapat berlari dan mulai memanggil ‘mama-papa’ yang seiring berjalan waktu panggilan itu berubah dengan sendirinya menjadi ‘mami-papi’. Hingga usianya 2 tahun, hanya itu dan sedikit kata lainnya saja yang bisa ia ucapkan. Kemudian sayapun curiga. Hammam mengalami speech delay!

Sayangnya, kecurigaan saya tak langsung dibarengi dengan usaha yang lebih ekstra. Sebatas mengajarinya bicara di rumah, dengan menunjuk benda-benda di sekitar, membacakan buku, mengajaknya mengobrol menjelang tidur. Sayangnya juga saya membiarkannya menonton tv sejak usianya belum setahun. That’s my bad, really really bad.

Baca juga : 5 Coolest Pixar Movie’s Credit Title

Hammam cukup suka dengan makanan MPASI ketika usianya memasuki 6 bulan. Favoritnya kentang-brokoli, untuk buahnya ia suka apel. But sorry, I have no documentation of it. Too busy is the reason. Dan nggak telaten seperti ibu-ibu lain yang mampu mendokumentasikan itu sejak hari pertama MPASI, foto menu lengkap disertai dengan recipe.

Baca juga : MPASI Tepat Untuk Nutrisi Terbaik

Tapi sejak usianya memasuki 1,5 tahun Hammam menjadi anak yang memilih makanan. Ia hanya mau makan roti saja. Jarang sekali mau makan nasi, meskipun itu dengan sayuran atau daging. Apalagi soal buah-buahan, he refused any fruits that I gave to him. Sediiih :( Ujung-ujungnya, karena kurang serat Hammam mengalami susah BAB. Kadang sampai berdarah. Makiiin sedih.

Bagaimana dengan emosinya? Sering banget Hammam marah, nangis kejer, nggak ada yang ngerti maunya dia apa. Duh, rasanya lelah banget. Apalagi tidurnya itu loh, susaaaah. Denger suara dikit aja dia terbangun. Nggak siang, nggak malam. Saya sering kali harus begadang berduaan dengannya.

Sampai bulan Juni 2017, ketika usia Hammam 2 tahun 9 bulan, belum ada kemajuan yang berarti dalam kemampuannya berkomunikasi. Oh, I really want to talk with my kid, like any other mothers do.

Baca juga : Stimulasi Kecerdasan Majemuk

Dan saya memutuskan untuk mengajaknya konsultasi ke psikologi anak, meskipun awalnya pak suami terkesan kurang setuju. Karena ke psikolog itu ada biaya yang kayaknya nggak main-main. Tapi bagaimana, tekad saya sudah kadung bulat. Mungkin sudah saatnya kami membutuhkan bantuan profesional.

Di sebuah kinik psikologi anak, saya di-interview. Sementara Hammam lari kesana-kemari—sama sekali nggak bisa diam.

The Interview

ruang psikolog

Interview tentang pola asuh dan kebiasaan Hammam sehari-hari, berdasarkan lembar biodata anak dan orang tua yang sudah saya isi sebelumnya. Ini adalah hasil interview yang saya masih ingat. Dimana setiap jawaban dari pertanyaan yang saya sampaikan akan menjadi acuan untuk pertanyaan berikutnya.

Pertanyaan ditandai dengan tulisan cetak tebal dan jawabannya adalah tulisan cetak miring.

Apa tujuan mengajak Hammam ke psikolog anak? Terlambat bicara dan sering tantrum.

Apakah sama sekali belum bisa bicara? Jika sudah, kata-kata apa yang sudah dapat diucapkan? Hammam sudah bisa beberapa kata : mami, papi, nenek, kakek, abang, kakak, bola, bobo, makan, baju, buka, iya, ndak, bis, buku, dst.

Baca juga : Episode Menyapih Anak

Bagaimana pola asuh di rumah? Saya mengasuh Hammam bersama papinya, tanpa suster atau baby sitter. Saya ibu rumah tangga yang sehari-hari di rumah bersama Hammam. Saya mengajaknya ngobrol, menjelaskan apa yang dia pegang dan yang dilihat disekitarnya. Saya membacakannya buku tapi juga membiarkannya menonton tv atau video di laptop.

Apakah Hammam mengerti jika diajak bicara? Contohnya? Mengerti. Misalnya ‘tutup pintunya’ atau ‘pakai sandalnya’. 

Apakah Hammam pemilih makanan? Makanan apa saja yang disuka? Hammam suka makan roti dengan susu cokelat, nasi goreng telur, nasi dengan ayam goreng, tempe, tahu. Kurang suka makan sayuran, meski kadang dimakan juga. Dan tidak suka makan buah.

Apakah Hammam merasa tidak nyaman dalam menyentuh tekstur tertentu? Tekstur seperti apa yang dia tidak suka? Iya. Tidak suka tekstur lembek seperti roti, slime, playdough. 

Sampai disini, psikolog menjelaskan bahwa keterlambatan bicara bisa terjadi kepada anak yang pemilih makanan. Misalnya jika anak terlalu sering memakan makanan dengan tekstur lembek seperti bubur. Sehingga otot-otot di sekitar mulut kurang terlatih.

Kemudian Hammam bertemu dengan psikolog. Dilakukan sekilas observasi sambil melihat kebiasaan Hammam. Dan ditemukan tanda-tanda yang mengarah pada gangguan sensori integrasi. Tanda-tandanya adalah sebagai berikut :

  • Berjalan jinjit
  • Suka melompat, memanjat, melempar sesuatu
  • Tidak fokus saat dipanggil
  • Duduk dengan posisi W (kedua kaki dilipat ke belakang) dan tidak mau bersila.

Kemudian ada pertanyaan lain :

Apakah tidurnya selalu tengkurap? Tidak, tapi berganti-ganti. 

Apakah posisi duduk selalu seperti itu (posisi W)? Iya.

Apakah berjalannya selalu jinjit? Sepengamatan saya, Hammam lebih sering berjinjit ketika tidak pakai alas kaki. Ketika pakai alas kaki, kadang jinjit kadang berjalan biasa.

Bagaimana pola tidurnya? Tidak teratur dan susah sekali untuk tidur, sebentar-sebentar terbangun. 

Suka dipakaikan selimut? Tidak suka.

Apakah terlihat merasakan kesakitan saat terjatuh atau terbentur? Hammam setelah jatuh biasanya menangis tapi sepertinya bukan karena sakit, melainkan karena ia marah.

Pertanyaan dan jawaban diatas adalah garis besar yang sekiranya dapat mewakili kesimpulan bahwa keterlambatan bicara pada Hammam dicurigai karena ia mengalami gangguan sensori integrasi. Ketika 7 indera yang dimilikinya tidak berkembang secara optimal, maka ia tidak dapat mengartikan bermacam informasi yang ada di sekitarnya dengan baik.

What?

Lalu apa kaitannya 7 indera ini dengan masalah keterlambatan bicara? Bukankah pengelihatan dan pendengaran Hammam normal saja? Karena so far ia mengerti apa yang dibicarakan oleh orang dewasa. Bahkan ia mampu menjalankan instruksi yang kami berikan.

Hammam disarankan untuk menjalani assessment terapi sensori integrasi dan terapi wicara. Lalu ada perasaan sedih yang perlahan merambati hati saya. Ninja kecilku, maafkan mami semua ini harus terjadi. Semoga terapi yang disarankan oleh psikolog dapat memberikan manfaat baik bagi Hammam, bagi kita semua.

Selengkapnya tentang sensori integrasi, baca disini ya. See you.

 

Author

dzul_rahmat@yahoo.com
Mindful Parenting Blogger || dzul.rahmat@gmail.com

Comments

November 30, 2017 at 12:46 pm

Semoga lekas berceloteh yaa, Hammam ☺



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *